Senin, 28 Maret 2022

PENGANTIN PENGGANTI BAB 167 : BATHUP

PENGANTIN PENGGANTI BAB 167 : BATHUP

Gery telah mempersiapkan pesawat jet pribadi, di Italia Gery juga sudah mengatur sebuah laboratorium untuk mendukung penyamaran Carl dan Hansen.

PENGANTIN PENGGANTI BAB 167 : BATHUP

Seperti yang Carl bilang, sebelum pergi dia akan pergi menemui Prodessor Lexa. Diantar oleh asistennya, dia pun tiba dengan cepat di Villa.

Professor Lexa mengintip dari balik jendela, Hatinya telah dua kali terkejut, karena putra kesayangannya itu mendatangi dirinya lagi. Dengan cepat dia membuka pintu, “Kau menjenguk lagi?” ujarnya.

Carl melihat ada tanda warna hitam di bawah mata Professor Lexa, “Apakah akhir-akhir ini tidak tidur dengan nyenyak?”

“Hanya terlalu lelah saja, ini bukan apa-apa,” jawab Professor Lexa yang mengerti jika Carl pasti tengah melihat lingkaran tebal di bawah matanya.

Professor Lexa langsung menarik tangan Carl, agar mau ikut masuk bersamanya, namun dia malah menghempaskan tangan yang sedang menariknya itu.

“Mom, aku akan pergi!” ujarnya.

Professor Lexa mematung ketika mendengar perkataan Carl, dia menoleh lalu bertanya, “Mau ke mana?”

“Mencari Papa!” jawab jujur Carl.

Mendengar perkataan putra kesayangannya itu, Professor Lexa langsung saja menampar pipi Carl, “Papamu sudah mati, jadi sebaiknya jangan pernah berpikir untuk mencarinya!”

Carl langsung saja menarik bahu professor Lexa dan berkata, “Papa masih hidup kan, dia masih hidup,” ujarnya dengan yakin.

Professor Lexa menutup kedua mulutnya, mundur beberapa langkah dengan sedikit gemertar. Carl menatapnya dengan sambil menaikan satu alisnya dan berkata, “Aku akan tetap pergi.”

Carl pun masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya dengan penuh kemarahan. Dia masih tak mengerti mengapa ibunya masih saja keras kepala menyembunyikan kebenarannya.

Melihat sikap ibunya tadi, maka tekadnya semakin bulat untuk mencari tahu kebenaran dari semua ini. Sementara itu Leon dan Rendra akan bertindak sebagai pemberi dana bagi penelitian para ilmuwan hitam itu, jadi mereka juga akan ikut pergi ke Italia.

Di rumah, mulai dari sore Leon tidak mau beranjak jauh dari Khansa, Bahkan dia menemani Khansa berburu daun-daun obat, daun mint, daun jambu, daun sirih. Leon bertanya “Daun-daun ini untuk apa?”

“Sakit gigi,” jawab Khansa.

“Caranya?” tanya Loen.

“Ada yang cukup dikunyah saja, ada juga yang harus dicampur garam dan air hangat” jawab Khansa seraya memetiki daun sirih.

“Oh,” ujar Leon, yang berpikir jika sakit gigi mengapa tidak ke dokter gigi saja.

Khansa mengambil dedaunan ini karena teringat Bibi Fida yang tidak suka jika harus pergi ke dokter gigi. Dia pernah melihat ibunya dulu suka membuatkan ramuan obat sakit gigi dari dedaunan yang saat ini dia sedang petik.

Sesampai di rumah, Bahkan Leon mengikuti Khansa masuk ke kamar mandi, merasa sedang di intai. Dia pun berbalik kearah suaminya itu, “Tuan Sebastian apakah kau bolos kerja hari ini?”

“Tidak … aku hanya menngambil cuti saja,” jawabnya sembarang.

“Mengapa sedari tadi mengikutik terus?” tanya Khansa lagi.

Sudah merasa tak tahan lagi, Leon pun langsung menarik pinggang ramping istrinya itu dan memeluknya erat, Leon berbisik “Suami akan pergi dinas beberapa hari, takut kau merindukan aku. Maka malam ini akan memberikan pelayanan terbaiknya.”

“Pelayanan terbaik?” tanya bingung Khansa.

Belum sempat bertanya artinya, Leon dengan segera sama menggendong tubuh Khnsa dan memasukannya ke dalam bath up, dengan cepat juga tangannya langsung menyalakan kran airnya. Khansa merasa terkejut karena gerakan impulsif Leon ini.

“Astaga,” ujar Khansa.

Leon juga segera masuk ke Bathup besar mereka itu, berlutut di hadapan Khnasa, mengambil kedua tangannya lalu meletakan di dadanya, “Buka!”
Wajah Khansa memerah, lalu mulai membuka kancing kemeja Leon satu persatu, setelahnya menarik keluar kemeja yang sedang Leon pakai. Pada saat ini terpampang sudah dengan jelas pinggang kuat suaminya itu.

Khansa merabah pinggang itu dengan pelan, dari atas turun kebawah, lalu mendekatkan wajahnya ke pinggang kuat itu, dan mulai mendaratkan ciuman lembut di setiap sisinya. Leon mengusap lembut puncak kepala istirnya itu.

Merasa senang, jika saat ini dia ada untuk mendampingi masa-masa dewasa pengantin kecilnya itu. Leon mensejajarkan dirinya dengan Khansa, menarik Khansa untuk duduk dipangkuannya. Merasakan air dingin yang tengah menerpa tubuh mereka.

Leon mengecup-ngecup bahu dan punggung Khansa. Dengan dua tangan Khansa memegang sisi bathup mereka, menahan serangan dari Leon yang sudah mulai memainkan seluruh bagian tubuhnya sambil mendekapnya dari belakang.

“Hassh … Tuan Sebastian,” panggil Khansa dengan suara sedikit manja.

Leon masih terus menerus mengecupi daun telinga Khansa sementara pinggang kuatnnya terus saja bergerak dan lengan kuatnya melingkar di dada dan di perut Khansa.

“Apa kau mencintaiku?” tanya Leon dengan suara magnetis penuh Hasrat.

“katakan kau mencintaiku!” pinta Leon dengan nada manja.

Khansa memegangi lengan kuat leon yang sedang memegangi pinggangnya itu, lalu menjawab “Aku mencintaimu.”

Mendengar suara manis istrinya itu mengatakan hal yang membuatnya melambung tinggi, Leon semakin memepercepat gerakan pinggang kuatnya itu, lalu menarik dan memeluk tubuh Khansa dengan erat.

“Argh …” erang keduanya sambil menghela napas dan melonggarkan pelukan.

Leon bersandar di Bathup, lalu menarik tubuh mungil Khansa ke dalam pelukannya sambil terus menyiumi-nyimui puncak kepala Khansa sambil sediki berbincang, “Kapan Nenek kembali?” tanya Khansa.

“Nenek Sedang fokus berdoa juga melakukan kegiatan amalnya,” jawab Leon.

“Nenek bilang berlaku baik dapat membantu keinginanmu tercepat terkabul,” jelas Leon.

“Cicit?” tanya Khansa lagi.

“Iya,” jawab Leon sembari tertawa, Sementara itu Di Kediaman Rendra, nampak terlhat jika dia dan Emily sedang serius berbicara. Dia mengatakan bahwa dalam beberapa hari ini tidak akan ada di Indonesia, “Kau jaga diri baik-baik selama tidak ada aku.”

“Dan tidak perlu berkunjung ke rumah ibu, jika tanpa aku!” pinta Rendra.

Emily hanya terdiam tidak menjawab, dia menolehkan wajahnya. Rednra menapuk wajahnya agar menatap kepadanya, “Lihat aku! Dan dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan.”

“Kau adalah wanita yang aku pilih, wanita yang aku pilih untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Tentang ibu yang tidak meyukaimu, tidak akan mengurangi rasa cintaku sedikit pun kepadamu,” jelas Rendra seraya menyelipkan rambut panjang Emily ke balik telinga.

Emily mendekatkan wajahnya kepada Rendra, lalu dia merangkulkan tangannya ke leher Rendra, lalu berinisiatif untuk menciumnya lebih dulu, “Kau akan selalu menjadi pria pertamaku,” bisik lembut Emily.

Mendengar pengakuan Emily ini, Rendra pun teringat dengan kenangan kala itu. Emily adalah wanita pertamanya, dan saat ini telah menjadi istrinya, jadi dipukul sampai mati pun dia tidak akan pernah melepaskan Emily, meski selepas mereka menikah, mereka belum melakukan hubungan intim.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Untuk membaca novel PENGANTIN PENGGANTI bab berikutnya silahkan klik navigasi bab dibawah ini.  Kamu juga bisa menginstall atau mendownload aplikasi novel kesayangan kamu. Misalnya novelku, noveltoondan aplikasi innovel. See u di bab selanjutnya....muachh..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar